Desa jampet adalah sebuah desa kecil yang msuk ke dalam
wilayah administasi kecamatan Ngasem, bependuduk 4.405 jiwa dengan luas wilayah
3.800.000 M². Pada mulanya desa jampet merupakan bagian dari desa Wotanngare
kecamatan Kalitidu, karena semakin lama semakn berkembang atas saran dan usul
dari sesepuh, maka di bentuklah desa tersendiri yang bernama desa Jampet. Desa
Jampet berbatasan dengan sebelah utara desa Wotanngare, sebelah timur desa Wadang,
sebelah selatan desa Tengger dan desa Jelu, sebelah bara dengan desa Jelu.
Menurut cerita dan dongeng yang berkembang di masyrakat dan tokoh desa
setempat, asal usul desa jampet di mulai dari Tokoh Pewayangan yaitu JANOKO
(Salah satu dar PANDOWO LIMO).
Pada jaman dahulu hidup seorang raksasa yang bernama Buto Ringgani,
raksasa tersebut kelakuannya sering membuat onar dan membuat takut masyarakat
yang tinggal dekat tempat tinggalnya. Pada suatu hari Pandawa Limo mengembar
dan sampailah di daerah tersebut, mendengar keluhan dan cerita dari masyarakat
setempat tentang sepak terjang sang Buto Ringgani yyang membuat resah, akhirnya
para pandawa tersebut sepakat membantu melenyapan Buto Ringgani agar masyarakat
bisa hidup tenang. Maka di utuslah Arjuno/ Janoko unyuk membunuh buto tersebut.
Singkat cerita terjadilah perselisihan yang maha dasyat antar Arjuno dan Buto
Ringgani, sehingga Buto Ringgani merasa terdesak dan tidak mampu menandingi
sang Arjuno. Buto tersebut lari tunggang langgang, sementara Arjuno tidak ingin
musuhnya lolos, seketika itu juga di ambilah Panah Sakti Mandraguna dan di
bidiknya tepat mengarah pada tubuh Buto Ringgani yang berlari, maka sekejap
saja anak panah tersebut melesat secepat kilat menembus tubuh Buto Ringgani.
Walau tertembus panah, buto tersebut belum mati, dia
berlari menuju utara sambil memegangi perutnya yang tertembus panah. Tak ingin
buruannya lepas, Pandowo mengejar sang buto tersebut sampai di suatu daerah
yang sekarang kita kenal dengan Dusun Ndowo, dari Ndowo kemudian buto berlari
ke arah utara lagi sampai pada suatu tempat, dia meras sudah tidak ada yang
mengejar, dia berusa untuk berdiri tegak (istilah jawa Ngadek Jejeg) sehingga
daerah tersebut sekarang kita kenal dengan Dusun Prajekan, dia lalu lari menuju
barat, baru beberapa langkah Buto Ringgani merasa tubuhnya lemas, berjalannya
jatuh bangun (istilah Jawa Penjola-Penjulu) sehingga tempat tersebut dinamakan
Desa Jelu, dari Jelu berjalan lagi dengan teratih-tatih menuju utara sampai di
suatu tempat cincin emasnya jatuh dan
hilang, daerah tersebut sekranga kita kenal dengan nama Kedungmas. Dari
Kedungmas dia berjalan menuju timur laut, sampai pada suatu tempat
lutut/gandunya putus, tempat lutut/gandunya buto tersebut dinamakan Sendang
Gandu yang sekarang masuk desa kalitidu, meskipun sudah putus gandunya, karena
sakti buto ringgani masih bisa berjalan menuju selatan, sampai pada suatu
tempat dia mengambil tanah sekepal (sak gruwekan) untuk menambal/ dempul
perutnya yang sobek terkena panah,sekarang daerah tersebut di kenal dengan nama
desa Dempul yang masuk desa wotanngare. Dari dusun depul berjalan lagi ke
selatan, namun ketika sampai di suatu tempat,dia merasa tubuhnya sangat lemah,
tenaganya habis, sudah tidak kuat lai untuk berjalan. Matanya mualai merem
melek (istilah jawanya byar pet) dan tak beberapa lama buto ringgani menemui
ajalnya di tempat tersebut, tempat dimana buto ringgani mulai byar pet, dari
situlah terbentuk nama sebuah desa Jampet. Setelah ambruk tubuh buto tersebut
membujur ke arah selatan, tempat kepalanya sekarang menjadi sumber mata air
yang bernama Sendang Patak Buto.
Tempat lehernya atau gulunya menjadi mata air Sendang
Nggulun, sedangkan tempat kemaluannya menjadi mata air bernama Sendang Gaceng.
Semua desa tersebut masih dalam Desa Jampet. Sampai sekarang desa desa tersebut
masih terpelihara air airnya dan masih bisa di
manfaatkan oleh penduduk untuk segala keperluan.
Desa jampet di kenal mulai tahun 1700 an Masehi dengan di
diami oleh beberapa penduduk dengan bukti adanya kerangka manusia yang di
temukan saat menggali sumur pada tahun 1920, pada masa antara 1700 sampai 1800
Masehi belum ada kepala desa dan masih di pimpin oleh kepala suku. Baru pada
abad 20, sekitar tahun 1911 desa Jampet di pimpin seorang kepala desa yang
bernama Mplok dan merupakan kepala desa yang pertama. pemilihan kepala desa
yang pertama dengan cara masih menggunakan “lidi” untuk pemilihannya, kemudian
sekitar 3 (tiga) bulan Pak Mplok meninggal dan di ganti oleh Bapak Randi hingga
tahun 1931.
Selanjutnya tampuk pimpinan berpindah ketangan Bapak
Nyono hingga tahun 1941, setelah Indonesia merdeka di adakan lagi pemilihan
Kepala Desa, dan Bapak Nyono kembali menjabat Kepala Desa yang ke dua kalinya.
selanjutnya berturut turut Desa Jampet di pimpin oleh Bapak Suratman sekitar
tahun 1955-1967, setelah itu Desa Jampet di pimpin oleh KARTEKER (pejabat
sementara) karena kondisi keamanan yang masih belum stabil. Diantara nama yang
pernah menjabat KARTEKER adalah Bapak Darus, Bapak Bakri, Bapak Tarmindan, dan
Bapak Samiran. Selanjutnya pada tahun 1985 diadakan lagi pemilihan Kepala Desa
dengan cara modern dengan meggunakan kertas dan alat coblos dan yang menjadi
Kepala Desa adalah Bapak Haji Rodhi As’ad hingga Tahun 2002 dan mulai Tahun
2003 sampai sekarang Desa Jampet di pimpin oleh Bapak Sahirudin yang merupakan
Pensiunan Polri.
Gimana ceritanya dusun supit Urang..?
BalasHapuskunjung balik ke >>>>>>>YPPWH <<<<<<
BalasHapus