Selasa, 21 Februari 2012

Sejarah Desa Jampet


Desa jampet adalah sebuah desa kecil yang msuk ke dalam wilayah administasi kecamatan Ngasem, bependuduk 4.405 jiwa dengan luas wilayah 3.800.000 M². Pada mulanya desa jampet merupakan bagian dari desa Wotanngare kecamatan Kalitidu, karena semakin lama semakn berkembang atas saran dan usul dari sesepuh, maka di bentuklah desa tersendiri yang bernama desa Jampet. Desa Jampet berbatasan dengan sebelah utara desa Wotanngare, sebelah timur desa Wadang, sebelah selatan desa Tengger dan desa Jelu, sebelah bara dengan desa Jelu. Menurut cerita dan dongeng yang berkembang di masyrakat dan tokoh desa setempat, asal usul desa jampet di mulai dari Tokoh Pewayangan yaitu JANOKO (Salah satu dar PANDOWO LIMO).
Pada jaman dahulu hidup seorang raksasa yang bernama Buto Ringgani, raksasa tersebut kelakuannya sering membuat onar dan membuat takut masyarakat yang tinggal dekat tempat tinggalnya. Pada suatu hari Pandawa Limo mengembar dan sampailah di daerah tersebut, mendengar keluhan dan cerita dari masyarakat setempat tentang sepak terjang sang Buto Ringgani yyang membuat resah, akhirnya para pandawa tersebut sepakat membantu melenyapan Buto Ringgani agar masyarakat bisa hidup tenang. Maka di utuslah Arjuno/ Janoko unyuk membunuh buto tersebut. Singkat cerita terjadilah perselisihan yang maha dasyat antar Arjuno dan Buto Ringgani, sehingga Buto Ringgani merasa terdesak dan tidak mampu menandingi sang Arjuno. Buto tersebut lari tunggang langgang, sementara Arjuno tidak ingin musuhnya lolos, seketika itu juga di ambilah Panah Sakti Mandraguna dan di bidiknya tepat mengarah pada tubuh Buto Ringgani yang berlari, maka sekejap saja anak panah tersebut melesat secepat kilat menembus tubuh Buto Ringgani.
Walau tertembus panah, buto tersebut belum mati, dia berlari menuju utara sambil memegangi perutnya yang tertembus panah. Tak ingin buruannya lepas, Pandowo mengejar sang buto tersebut sampai di suatu daerah yang sekarang kita kenal dengan Dusun Ndowo, dari Ndowo kemudian buto berlari ke arah utara lagi sampai pada suatu tempat, dia meras sudah tidak ada yang mengejar, dia berusa untuk berdiri tegak (istilah jawa Ngadek Jejeg) sehingga daerah tersebut sekarang kita kenal dengan Dusun Prajekan, dia lalu lari menuju barat, baru beberapa langkah Buto Ringgani merasa tubuhnya lemas, berjalannya jatuh bangun (istilah Jawa Penjola-Penjulu) sehingga tempat tersebut dinamakan Desa Jelu, dari Jelu berjalan lagi dengan teratih-tatih menuju utara sampai di suatu tempat cincin emasnya jatuh dan  hilang, daerah tersebut sekranga kita kenal dengan nama Kedungmas. Dari Kedungmas dia berjalan menuju timur laut, sampai pada suatu tempat lutut/gandunya putus, tempat lutut/gandunya buto tersebut dinamakan Sendang Gandu yang sekarang masuk desa kalitidu, meskipun sudah putus gandunya, karena sakti buto ringgani masih bisa berjalan menuju selatan, sampai pada suatu tempat dia mengambil tanah sekepal (sak gruwekan) untuk menambal/ dempul perutnya yang sobek terkena panah,sekarang daerah tersebut di kenal dengan nama desa Dempul yang masuk desa wotanngare. Dari dusun depul berjalan lagi ke selatan, namun ketika sampai di suatu tempat,dia merasa tubuhnya sangat lemah, tenaganya habis, sudah tidak kuat lai untuk berjalan. Matanya mualai merem melek (istilah jawanya byar pet) dan tak beberapa lama buto ringgani menemui ajalnya di tempat tersebut, tempat dimana buto ringgani mulai byar pet, dari situlah terbentuk nama sebuah desa Jampet. Setelah ambruk tubuh buto tersebut membujur ke arah selatan, tempat kepalanya sekarang menjadi sumber mata air yang bernama Sendang Patak Buto. 
 
Tempat lehernya atau gulunya menjadi mata air Sendang Nggulun, sedangkan tempat kemaluannya menjadi mata air bernama Sendang Gaceng. Semua desa tersebut masih dalam Desa Jampet. Sampai sekarang desa desa tersebut masih terpelihara air airnya dan masih bisa di  manfaatkan oleh penduduk untuk segala keperluan.

 
Desa jampet di kenal mulai tahun 1700 an Masehi dengan di diami oleh beberapa penduduk dengan bukti adanya kerangka manusia yang di temukan saat menggali sumur pada tahun 1920, pada masa antara 1700 sampai 1800 Masehi belum ada kepala desa dan masih di pimpin oleh kepala suku. Baru pada abad 20, sekitar tahun 1911 desa Jampet di pimpin seorang kepala desa yang bernama Mplok dan merupakan kepala desa yang pertama. pemilihan kepala desa yang pertama dengan cara masih menggunakan “lidi” untuk pemilihannya, kemudian sekitar 3 (tiga) bulan Pak Mplok meninggal dan di ganti oleh Bapak Randi hingga tahun 1931.
Selanjutnya tampuk pimpinan berpindah ketangan Bapak Nyono hingga tahun 1941, setelah Indonesia merdeka di adakan lagi pemilihan Kepala Desa, dan Bapak Nyono kembali menjabat Kepala Desa yang ke dua kalinya. selanjutnya berturut turut Desa Jampet di pimpin oleh Bapak Suratman sekitar tahun 1955-1967, setelah itu Desa Jampet di pimpin oleh KARTEKER (pejabat sementara) karena kondisi keamanan yang masih belum stabil. Diantara nama yang pernah menjabat KARTEKER adalah Bapak Darus, Bapak Bakri, Bapak Tarmindan, dan Bapak Samiran. Selanjutnya pada tahun 1985 diadakan lagi pemilihan Kepala Desa dengan cara modern dengan meggunakan kertas dan alat coblos dan yang menjadi Kepala Desa adalah Bapak Haji Rodhi As’ad hingga Tahun 2002 dan mulai Tahun 2003 sampai sekarang Desa Jampet di pimpin oleh Bapak Sahirudin yang merupakan Pensiunan Polri.

geografis desa jampet


Jampet merupakan salah satu desa di kecamatan Ngasem yang terletak di kabupaten Bojonegoro, provinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara geografi desa jampet kaya akan sumber daya alam, diantaranya tanaman pangan, daerah ini banyak memproduksi padi, jagung, ubi kayu, kedelai, kacang hijau, dan lain-lain.
Desa Jampet berbatasan dengan desa-desa lain, sebelah utara berbatasan dengan wotanngare kecamatan Kalitidu, sebelah selatan berbatasan dengan desa Tengger dan desa Jelu kecamatan Ngasem, sementara di sisi barat berbatasan dengan desa Jelu kecamatan Ngasem, dan sebelah timur berbatasan dengan desa Wadang kecamatan Ngasem.
Luas wilayah desa jampet menurut penggunaannya, luas permukiman 75 ha, luas persawahan 252 ha, luas perkuburan 1,5 ha, luas pekarangan 75 ha, luas perkantoran 0,04 ha, dan luas prasarana umum lainnya 4,84 ha. Kualifikasi tanah sawah di desa jampet adalah sawah irigasi sederhana 50 ha dan sawah tadah hujan 202 ha. Sedangkan penggunaan tanah kering di desa jampet adalah untuk ladang kering 31 ha, untuk pemukiman 75 ha dan untuk pekarangan 75 ha.
Penggunaan tanah fasilitas umum di gunakan untuk tanah bengkok 28,5 ha, sawah untuk kas desa 30,5 ha, untuk lapangan sepak bola 0,5 ha, untuk lapangan bola volley 0,025 ha, perkantoran pemerintah 0,034 ha, tempat pemakaman umum 1,5 ha, tempat pertokoan 1,5 ha, jalan 2,7 ha.
Orbitas desa jampet mempunyai posisi jarak ke kecamatan 10km, sementara jarak ke kota kabupaten 20 km, lalu jarak ibu kota propinsi 130 km.
Secara geografis, Desa Jampet mempunyai luas dengan kondisi alam seperti itu, Desa Jampet mendapatkan air dengan cara memafaaatkan air dari sumur bor, sumur galian serta air dari sendang. sumber air tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan pengairan sawah. Sehingga cocok untuk melakukan aktifitas menanam padi, jagung, kacang, dan lain-lain. Tanaman dalam setahun dengan mengandalkan air hujan pada musim hujan, maupun pengairan dari sumur dan sendang.
Secara administrari desa Jampet terbagi menjadi 3 dusun, 4 RW dan 19 RT. Tiga dusun tersebut adalah Dusun Jampet, Dusun Karang Anyar, Dusun Sambirejo. Tiap-tiap dusun dipimpin oleh satu Kepala Dusun yang memiliki staff sesuai dengan kebutuhan desa. Secara spesifiknya wilayah desa jampet terdiri dari dua pedukuhan yang terdiri 19 RT, dimana RT 01- RT 13 masuk wilayah dusun jampet, sedangkan RT 14 masuk ke wilayah dusun karanganyar, sementara RT 15- 19 masuuk ke dusun sambirejo.

Abstrak


Jampet adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro. Dengan wilayah yang bisa di katakan termasuk dataran rendah, desa Jampet memiliki kondisi dan struktur tanah yang produktif untuk jenis tanaman pangan sehingga sangat menunjang pertumbuhan ekonomi di bidang pertanian. Penghasilan dan pekerjaan utama masyarakat Jampet adalah pada bidang pertanian, sedangkan tanaman padi, jagung, sebagai komoditas terbesar masyarakat desa Jampet, sementara lombok, kacang sebagai komoditas penunjang.
Perekonomian di desa Jampet bergantung pada sektor pertanian paling utama, di samping itu untuk mengembangkan perekonomian di desa Jampet di tunjang dengan adanya sektor dagang, yang berporos pada pasar desa Jampet. Selain itu sektor lain yang mendukung perekonomian desa Jampet berada pada perternakan.
Bagi masyarakat Jampet meskipun mayoritas berprofesi sebagai petani, masalah pendidikan bisa dikatakan sadar akan pendidikan, karena dapat terlihat banyaknya sekolah yang ada di desa jampet, meskipun terkadang pendidikan kurang mendapat perhatian dari orang tua, di karenakan para orang tua memiliki paradigma yang berbeda dengan tidak ambil pusing apabila anak mereka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, hal ini di karenakan sebagian dari mereka lebih suka merantau ke luar kota atau pun ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhan ekonomi secara instan dan menjanjikan, dibandingkan meneruskan kuliah atau pendidikannya.